Jenis Evaluasi Kurikulum
Dalam percakapan sehari-hari seringkali terdengar
orang berbicara tentang evaluasi formatif dan evaluasi sumatif dalam pengertian
jenis evaluasi. Seperti telah dibahas sebelumnya evaluasi formatif dan sumatif
menunjukkan fungsi evaluasi dan bukan jenis evaluasi. Dalam evaluasi kurikulum
jenis evaluasi itu menunjukkan dimensi kurikulum yang dievaluasi. Jadi, dalam
setiap jenis evaluasi kurikulum kedua fungsi evaluasi dapat dilakukan. Oleh
karen dalam evaluasi reflektif, evaluasi rencana, evaluasi proses maupun
evaluasi hasil fungsi formatif dan sumatif evaluasi dapat dilakukan.
1. Evaluasi reflektif
Dipergunakan untuk menyebutkan jenis evaluasi yang
memusatkan perhatiannya terutama terhadap kurikulum sebagai ide. Jenis evaluasi
ini mencoba mengkaji mengenai ide yang dikembangkan dan diajadikan landasan
bagi kurikulum dalam dimensi lainnya.
Evaluasi terhadap ide tersebut dapat dilakukan pada waktu pertama kali
suatu ide dikemukakan seseorang, atau pada waktu kurikulumsebagai rencana telah
selesai ditulis, atau dapat pula dilakukan apabila kurikulum dalam setiap
dimensinya telah dikembangkan. Persoalan evaluasi terhadap ide tidak akan
pernah mengalami kehabisan bahan selama masyarakat terus berkembang dan
penemuan-penemuan baru dalam pengetahuan terus berlangsung.
Evaluasi reflektif misalnya,
memusatkan perhatiannya terhadap dimensi kurikulum sebagai ide. Kata
“reflektif” itu sendiri diambil dari artikel yang ditulis oleh Cohen (1976).
Jenis evaluasi ini mengakaji tentang ide yang dikembangkan dan dijadikan
landasan bagi kurikulum. Ada beberapa kemungkinan pelaksanaan jenis evaluasi
reflektif, yaitu (a) pada waktu pertama kali ide dikemukakan, (b) pada waktu
terjadi proses deliberasi ketika suatu kurikulum sebagai rencana akan
dikembangkan oleh suatu tim, (c) pada waktu kurikulum sebagai rencana telah
selesai ditulis, atau (d) pada waktu kurikulum sebagai kegiatan sedang
dikembangkan.
2. Evaluasi rencana
Merupakan jenis evaluasi yang banyak dilakukan
sekarang terutama setelah banyak inovasi diperkenalkan dalam pengembangan
kurikulum, dan setelah teknologis pengembangan kurikulum sebagai rencana
menghasilkan format-format tertentu. Proses pengembangan tujuan, umpamanya,
telah berkembang sedemikian rupa sehingga dikenal berbagai jenjang tujuan yang
harus diperhatikan, baik tujuan yang bersifat ideal maupun tujuan yang bersifat
operasional. Teknis-teknis yang demikian harus diikuti dengan seksama oleh
pengembang kurikulum sebagai rencana. Demikian pula dengan proses pengembangan
belajar (baik konten maupun proses) yang dimiliki suatu kurikulum sebagai
rencana, bahkan alat evaluasi hasil belajar yang tercantum dalam kurikulum
sebagai rencana tersebut.
Seperti juga evalusi reflektif, evaluasi rencana dapat dilakukan baik pada
waktu proses penulisan kurikulum sebagai rencana sedang berlangsung maupun pada
waktu penulisan itu telah selesai dilaksanakan.
Evaluasi rencana banyak digunakan
orang ketika inovasi mulai diperkenalkan dalam pengembangan kurikulum dan
setelah teknologi pengembangan kurikulum sebagai rencana menghasilkan
format-format tertentu. Komponen-komponen kurikulum telah banyak dikembangkan dalam
dimensi kurikulum sebagai rencana. Hal ini menjadi fokus perhatian dalam
evaluasi rencana.
3. Evaluasi proses
Kadang-kadang disebut pula dengan istilah evaluasi
implementasi kurikulum. Di sini dipergunakan istilah proses untuk memperkuat
pengertian kurikulum sebagai suatu proses, sebagai sesuatu yang terjadi di
sekolah. Lagipula, istilah evaluasi proses dianggap lebih memberikan kedudukan
yang sama antara dimensi kurikulum sebagai ide, rencana, hasil dan kurikulum
sebagai kegiatan. Tetapi tidak dalam suatu nuansapun pengertian evaluasi proses
dibedakan dengan pengertian evaluasi implementasi. Jadi kedua istilah itu dapat
saja dipergunakan secara bergantian.
Evaluasi proses berkembang sangat cepat sejak tahun 70-an. Adanya kesadaran bahwa proses ternyata banyak
menentukan keberhasilan suatu kurikulum merupakan dorongan yang kuat untuk
memberikan perhatian yang seksama terhadap evaluasi proses.
Dalam evalusi proses ini perhatian evaluator telah
diarahkan tidak saja kepada apa yang terjadi dengan kurikulum sebagai kegiatan.
Evaluator telah pula mencoba melihat mengenai berbagai faktor yang berhubungan
dengan pelaksanaan kurikulum sebagai kegiatan. Evaluasi terhadap kepemimpinan
kepala sekolah, pengetahuan dan siakap serta kegiatan guru, faktor siswa serta
peralatan belajar dianggap fokus yang penting. Demikian pula dengan interaksi
yang terjadi dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Tak luput dari perhatian
evaluator adalah strategi implementasi yang dipergunakan pada waktu
memperkenalkan kurikulum kepada sekolah dan guru-guru. Bahkan sistem supervisi
yang dilakukan para pengawas tak terlepas dari kajian evaluasi proses ini.
Pandangan bahwa suatu kurikulum sebagai suatu kegiatan adalah suatu sistem yang
menyangkut berbagai komponen diterapkan secara seksama, walaupun hal ini tidak
selalu berarti bahwa pendekatan yang dipergunakan berdasarkan syistem
approach.
Evaluasi proses sering disebut
dengan evaluasi implementasi kurikulum. Istilah proses digunakan untuk
memperkuat pengertian kurikulum sebagai suatu proses, sesuatu yang terjadi di
sekolah. Asumsi evaluasi proses adalah suatu proses banyak menentukan
keberhasilan kurikulum. Jenis evaluasi ini lebih banyak mencurahkan
perhatiannya terhadap dimensi kurikulum sebagai kegiatan termasuk faktor-faktor
yang mempengaruhinya, seperti kepala sekolah, guru, peserta didik, sarana dan
prasarana, sistem supervisi dan monitoring, lingkungan, orang tua, dan
sebagainya.
4. Evaluasi hasil
Merupakan jenis evaluasi kurikulum yang paling tua.
Bahkan pada mulanya yang dimaksudkan dengan evaluasi identik dengan evaluasi
hasil ini. Demikian pula yang dimaksudkan dengan evaluasi kurikulum sering
diartikan sebagai evaluasi hasil.
Lebih lanjut, hasil yang dimaksud adalah hasil belajar
dalam pengertian pengetahuan. Jumlah pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan
indikator keberhasilan suatu kurikulum.
Evaluasi hasil merupakan evaluasi
kurikulum yang paling tua. Evaluasi hasil disebut penilaian hasil belajar.
Sekalipun pengertiannya sama, tetapi cakupannya berbeda, karena hasil yang
dimaksud dalam evaluasi hasil adalah hasil belajar bukan hanya berkenaan dengan
domain pengetahuan tetapi juga domain keterampilan dan sikap.
Dalam tulisannya tahun 1981 yang berjudul specific
approach to curriculum development, Tyler memberikan pandangan baru
mengenai evaluasi hasil, dan bahkan terhadap evaluasi kurikulum. Selain ia
berpandangan bahwa evaluasi haruslah pula meliputi evaluasi terhadap ide, implementasi,
dan efektifitas kurikulum, Tyler pun berpendapat bahwa evaluasi hasil
menentukan sampai sejauh mana perilaku yang ingin dikembangkan kurikulum telah
dimiliki siswa. Dengan demikian evaluasi hasil harus berhubungan dengan ruang
lingkup dan dimensi tujuan yang lebih luas dari hanya sekedar pengetahuan.
Beberapa jenis
evaluasi kurikulum di atas, memberikan gambaran fokus penelitian ini yaitu
lebih baik dengan evaluasi proses. Hal ini sesuai dengan fokus peneliti yaitu
merujuk pada evaluasi implementasi kurikulum suatu lembaga pendidikan. Evaluasi
proses ini menekankan pada proses pembelajaran yang meliputi: pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran di
kelas, dalam hal ini juga diawali dengan kajian perangkat pembelajaran.
sumber: