A. Perkembangan Teori Kurikulum
Pengembangan kurikulum pertama
bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang dewasa.
Karena sekolah mempersiapkan anak bagi kehidupan orang dewasa, kurikulum terutama isi kurikulum diambil dari
kehidupan orang dewasa. Para pengembang kurikulum
mendasarkan kurikulumnya atas hasil analisis pekerjaan dan kehidupan orang
dewasa. Dalam pengembangan selanjutnya, sumber ini menjadi
luas meliputi semua unsur kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang berbudaya,
hidup dalam lingkungan budaya, dan turut
menciptakan budaya. Untuk dapat hidup dalam lingkungan budaya, ia harus
mempelajari budaya, maka budaya menjadi sumber utama isi
kurikulum. Budaya ini mencakup semua disiplin ilmu
yang telah ditemukan dan dikembangkan para pakar, nilai-nilai adat-istiadat,
perilaku, benda-benda, dan lain-lain.
Sumber lain penyusunan
kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau pengajaran, yang belajar adalah anak. Pendidikan atau pengajaran bukan
memberikan sesuatu pada anak, melainkan menumbuhkan potensi- potensi yang telah ada pada anak. Anak menjadi sumber kegiatan
pengajaran, ia menjadi sumber kurikulum. Ada tiga pendekatan terhadap anak
sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa, serta minat siswa. Jadi, ada pengembangan kurikulum bertolak dari
kebutuhan-kebutuhan siswa, tingkat-tingkat perkembangan
siswa, serta hal-hal yang diminati siswa.
Terakhir yang menjadi sumber
penentuan kurikulum adalah kekuasaan sosial-politik. Di Amerika Serikat pemegang kekuasaan sosial-politik yang
menentukan kebijaksanaan dalam kurikulum adalah board of local education yang
mewakili negara bagian. Di Indonesia, pemegang kekuasaan
sosialpolitik dalam penentuan kurikulum adalah Menteri Pendidikan
Nasional yang dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah serta Dirjen Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan Balitbang Diknas
atau kalau di Departemen Agama dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada Direktur
Pendidikan Madrasah dan Ditperta atau Dirjen
Pendidikan Islam yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri Agama. Dengan adanya Disentralisasi, maka disinilah masing-masing
lembaga atau daerah mempunyai otoritas dalam
penyusunan kurikulum.
Perkembangan teori kurikulum tidak lepas dari sejarah
perkembangannya,yang dimulai pada tahun 1890 oleh Charles dan Mc Murry, tetapi
secara definitive berawal dari hasil karya Franklin Babbit tahun 1918, ia
memandang bahwa inti teori kurikulum itu sederhan, yaitu kehidupan manusia.
kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh
sejumlah kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya mempersiapkan
kecakapan-kacakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan
yang harus dikuasai untuk terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam,
bergantung pada tingkatnya maupun jenis lingkunagannya.Setiap tingkatan dan
lingkungan kehidupan menuntut pengusaan pengetahuan, ketrampilan, sikap,
kebiasaan, apresiasi tertentu.Hal-hal tersebut merupakan tujuan kurikulum.
Werret W.
Charles setuju dengan konsep Bobbit tentang analisis kecakapan/pekerjaan
sebagai dasar penyusunan kurikulum. Charles lebih menekankan pada pendidikan
vokasional.
Ada 2 hal yang sama
dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charles yaitu:
1. Keduanya
setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah
kurikulum. Dalam hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam
pendidikan yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan lain-lain.
2. Keduanya
bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi kehidupan sebagai orang dewasa. Untuk mecapai hal tersebut perlu analisis tentang
tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum disusun ketrampilan, pengetahuan,
sikap, nilai, dan lain-lain yang diperlukan agar dapat berpartisipasi dalam
kehidupan orang dewasa. Bertolak pada hal-hal tersebut mereka menyusun
kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang sisitematis.
Mulai tahun 1920,
karena pendidikan mengalami perkembangan yang pesat, berkembanglah gerakan
pendidikan yang berpusat pada anak, sehingga teori kurikulum menekankan pada
kehidupan psikologi anak.
Perkembangan
teorikurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell, ia mengembangakan
konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan maka Caswell
mengembangkan kurikulum yang bersifat intekatif.
Pada tahun 1947 di
Universitas Chicago berlangsung diskusi besar pertama tentang teori kurikulum,
yang menghasilkan 3 hal tugas utama dalam teori kurikulum yaitu:
1. Mengidentifikasi
masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan kurikulum dan konsep-konsep
yang mendasarinya
2. Menentukan
hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur yang mendukungnya
3. Mencari
atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan datang untuk
memecahkan masalah tersebut
Kemudian pada tahun 1949,
Ralph W. Tylor mengemukakan 4 pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian
kurikulum yaitu:
1. Tujuan
pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?
2. Pengalaman
pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan
tersebut?
3. Bagaimana
mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?
4. Bagaimana
kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?
Perkembangan teori
kurikulum selanjutnya pada tahun 1963 saat konferensi nasional perhimpunan
pengembang dan pengawas kurikulum yang membahas 2 makalah penting dari George
A. Beachamp dan Othanel Smith, menurut pandangannya yang pertama, teori
kurikulum secara konseptual berhubungan erat dengan pengembangan teori dari
ilmu lain, kedua ia berpendapat bahwa peranan filsafat dalam pengembangan teori
kurikulum yang bersifat ilmiah.
Pada tahun 1964 James
B. Mac Donald melihat teori kurikulum dari model sistem dalam persekolahan,
yaitu kurikulum, pengajaran, mengajar dan belajar.
Secara garis besar, menurut
Beachamp merangkum perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960-1965.Ia
mengidentifikasi adanya 6 komponen kurikulum, yaitu landasan kurikulum, isi
kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum evaluasi dan penelitian, dan
pengembangan teori.
Pada tahun 1966 Thomas
L. Faix menggunakan analisis structural-fungsional yang berasal dari biolofi,
sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum, menuturnya bahwa
fungsi kurikulum dilukiskan sebagai proses bagaimana memeliharan dan mengembangkan
strukturnya.
Menurut Mauritz
Johnson pada tahun 1967 mengemukakan bahwa kurikulum merupakan hasil dari
sistem pengembangan kurikulum, tetapi sistem pengembangan bukan kurikulum.
Kemudian, pada tahun yang sama Jack R. Frymier mengemukakan 3 unsur darar
kurikulum, yaitu actor, artifak dan pelaksanaan.
B.
Macam-macam Teori Kurikulum
Teori kurikulum dapat
digunakan untuk melukiskan, menjelaskan, dan meramalkan hal yang harus
dilakukan atau kemungkinan baru yang akan terjadi. Disamping itu, teori
kurikulum juga mengadakan analisis tentang keadaan pendidikan dan dampaknya
terhadap masyarakat luas.
Menurut Pinar teori
kurikulum dapat di klasifikasikan atas teori tradisionalis,
konseptualis-empiris, dan rekonseptualis.Teori tradisionalis adalah teori yang
mementingkan transmisi sejumlah pengetahuan dan pengembangan kebudayaan agar
fungsi masyarakat berjalan sebagaimana mestinya. Teori konseptualis-empiris
adalah teori kurikulum yang menerapkan metode penelitian dalam sains untuk
menghasilkan generalisasi yang memungkinkan pendidik untuk meramalkan dan
mengendalikan apa yang terjadi di sekolah. Sedangkan teori rekonseptualis
adalah teori yang menekankan pada pribadi, pengalaman eksistensial dan
interpretasi hidup untuk melukiskan perbedaan dalam masyarakat.
Ahli lain yaitu
Glatthorn mengklarifikasikan teori kurikulum berdasarkan pada ranah
penyelidikan kurikulum sehingga teori ini dapat dikelompokan menjadi:
1. Teori
yang berorientasi pada struktur
Teori ini berkaitan
dengan usaha untuk menganalisis komponen-komponen kurikulum dan hubungan antar
komponen tersebut.Tujuanya adalah untuk memberikan kejelasan interaksi atau
hubungan komponen kurikulum dengan lingkungan.Teori ini menjelaskan fenomena
kurikulum pada tingkat makro (global) dan mikro (lembaga).
2. Teori
yang berorientasi pada nilai
Teori ini didukung
oleh para rekonseptualis yang membahas masalah kemanusiaan.Analisis teori ini
didasarkan atas analisis nilai yang bersifat kritis.Tujuan pendidikan menurut
teori ini adalah untuk memperlancar perkembangan individu secara otonom dalam
mewujudkan dirinya.Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha moral untuk
merefleksikan nilai-nilai yang ditanamkan.
3. Teori
yang berorientasi pada bahan
Sesuai dengan
orientasinya, teori ini berkaitan dengan pemilihan dan pengorganisasian
bahan-bahan kurikulum.Semua kegiatan pendidikan terpusat pada anak. Dalam
perkembanganya dikenal ada tiga jenis kurikulum yang terpusat pada pada anak,
yaitu:
a.
Pendidikan efektif, yaitu pendidikan yang mengutamankan perkembangan perasaan
dan nilai pada anak. Guru dalam pendidikan efektif berperan sebagai fasilitator
dan pembangkit minat belajar anak.
b.
Pendidikan terbuka, yaitu pendidikan yang mengutamakan perkembangan
sosial-kognitif anak melalui eksplorasi, kegiatan dan pertemuan informal. Guru
dalam pendidikan ini berfungsi sebagai penasihat, motivator dan fasilitator.
c.
Pendidikan perkembangan, yaitu pendidikan yang mengutamakan
tingkat perkembangan anak untuk menentukan status, bahan dan sekuens. Guru dalam
pendidikan ini berperan sebagai penyelaras kurikulum yang memperlancar
perkembangan anak.
4. Teori
yang berorientasi pada proses.
Teori ini
menitikberatkan pada proses perkembangan kurikulum, mengadakan analisis sistem
dan mengadakan pengkajian strategi unsur pembentukan kurikulum.
Ahid, Nur, 2006, Konsep dan Teori Kurikulum
dalam Dunia Pendidikan, Vol. 1, No. 1,
Paddy Power Casino - Mapyro
BalasHapusFind the location of 대구광역 출장마사지 Paddy 포항 출장안마 Power Casino, located 익산 출장안마 in Shreemant Hill, Co. in Shreemant, in Mmriblou, 남원 출장안마 Co. 밀양 출장마사지 Rating: 4.9 · 3 votes